Saturday, October 31, 2015

[Cerpen] The-Day oleh Noer Anggadila

Source here, edited by me

“Orang yang paling mudah menyakiti adalah orang yang paling kita sayangi, ‘cause this is love.”

Perlahan matahari mulai tenggelam bersama semua kisah di hari terangnya, berganti kisah baru dengan ditemani sang bulan. Perlahan pula namun pasti, mungkin kisah itu juga akan tenggelam bersama matahari, aku harap begitu. Tenggelam, terbuang, dan hilang. Hilang tanpa jejak bak penculikan Marsinah. Terhapus oleh waktu tanpa tercatat sejarah.


Dunia belum kiamat, tapi seketika hatiku serasa bagai digoncang gempa berkekuatan sembilan skala richter, atau mungkin sepuluh? ah aku tak peduli, yang jelas keretakannya seperti menghancur leburkan seluruh isinya tanpa belas kasihan, mengobrak-abrik seluruhnya hingga tinggal puing-puing, puing-puing kenangan tak berguna, bak sampah!

Benda persegi berwarna putih bersih dengan hiasan pita kuning dan sebuah pin ditengahnya itu masih tinggal di tempat yang sama seperti pertama kali aku menemukannya, yang kini tergeletak bertumpuk butir-butir debu. Apa itu penyebabnya? Apa benda itu tersangkanya? Tidak, benda itu hanya sebuah barang bukti, kaulah pelakunya.

Kau seperti hendak berkata, “Ayo bermain peran”. Bak peluru seorang sniper  yang mengenai target tepat sasaran. Aku adalah sasarannya, dan kau sebagai seorang sniper ulung dengan undangan ini sebagai pelurumu. Aku tumbang dan kau menang.

Seketika aku ingat percakapan kecil kita dikala senja sebelum mesin bersayap membawamu terbang.

Hey, masa kecilku!” itulah sebutanmu untukku karena kita telah berteman sejak lahir. Kau masih saja mencoba tegar dengan menyunggingkan senyum di wajahmu.

“Jangan khawatir, jangan sedih. Aku mohon diri dan kelak pasti kembali, aku janji.”

Janji itu, ingatkah kau?

Delapan tahun kemudian, kau tepati janjimu untuk kembali, aku senang. Aku bahagia untuk kedatanganmu, tapi tidak dengan keputusanmu. Delapan tahun berlalu dan itu cukup membuatmu berubah, kau hanya kenal aku dan kamu, bukan kita. Kau hanya ingat bahwa kita pernah berteman, teman masa lalu bukan teman masa kecilmu.

Iman kita beda, kau bukanlah kau yang dahulu, kau telah berubah. Dan aku akhirnya sadar, hanya Dialah sang pemilik hati, sang pembolak-balik hati. Mulai saat ini, aku serahkan semuanya, aku pasrahkan pada-Nya, aku tahu ada hikmah dibalik semua ini, semoga kau bahagia bersamanya.


Cerpen ini diikutkan dalam Giveaways Ellunar Publisher

#GiveAwayEllunar1st

0 comments:

Post a Comment

 

Keep Moving! Template by Ipietoon Cute Blog Design