Saturday, March 5, 2016

[Book Review] Perfectly Imperfect oleh Alifiana Nufi



Judul : Perfectly Imperfect
Penulis : Alifiana Nufi
Penyunting : Cicilia Prima
Illustrasi isi : Sara Debora & Helfi Tristeawan
Penata isi : Yusuf Pramono
Penerbit : PT Grasindo
Terbitan : November 2015
Jumlah halaman : 154 halaman
ISBN : 978-602-375-267-6

Blurb:

Ahn Ji-Hyun

Bukan keinginanku menjadi berbeda dari kebanyakan orang. Mata inilah yang membuatku berbeda dan sumber dari segala kesengsaraan yang aku alami. Sepasang mata dengan iris berlainan yang entah dari siapa aku mendapatkannya. Tapi, pemuda itu berbeda dari kebanyakan orang. Bukannya menganggapku aneh, dia malah menganggapku istimewa. Bolehkah aku berharap lebih padanya?

Park Jang-Woo

Bukan keinginanku berada di kota ini. Semua ini kulakukan demi mendapatkan kepercayaan ayahku kembali. Aku hanya perlu bersikap baik selama tiga bulan dan segera kembali ke Seoul. Tapi semua berubah saat aku menyelamatkan seorang gadis dengan mata langka itu. Aku menjadi korban bullying berikutnya. Mengapa banyak yang membencinya? Padahal dia memiliki sesuatu yang langka.

Bukankah sesuatu yang langka itu istimewa?



Review:

Jang-Woo, seorang anak dari pengusaha terkenal di Seoul, Korea Selatan, dapat melakukan apa saja yang ia inginkan dengan mengandalkan kekayaan dan kekuasan ayahnya. Sayang, kepercayaan yang ayahnya berikan padanya tidak dapat ia gunakan sebaik mungkin. Hingga suatu hari, ketika Jang-Woo bersungguh-sungguh menyelesaikan tugas dari ayahnya dengan usahanya sendiri, ayahnya tetap tidak percaya.

Kepercayaan, mahal benar harganya.

Karena merasa tak pernah lagi dipercaya oleh sang ayah, akhirnya Jang-Woo kesal hingga melakukan hal yang benar-benar membuat ayahnya mengusir dirinya dari rumah untuk memperbaiki sifat-sifat buruknya. Mulai dari situlah ceritanya dimulai.

Tema yang diangkat dalam novel ini yang pertama adalah kisah antara si kaya dan si miskin dan yang kedua masih sama dengan novel-novel remaja kebanyakan, bullying. Namun, kali ini bukan bullying yang dilakukan oleh anak sekolahan, melainkan dilakukan oleh sesama rekan kerja. Sangat rasis memang, tapi itu juga yang terjadi sebenarnya di Korea Selatan sekarang ini. Seperti drama-drama yang mereka buat, sering sekali melibatkan aksi bullying pada jalan ceritanya.

“Bukankah kita takut berbeda dengan orang lain? Takut dianggap aneh, takut dianggap abnormal, asing, siluman, dan sebutan lainnya. Dan aku mengalaminya dari kecil.” –hal. 38

Aksi bullying secara tidak langsung membuat seseorang diperhatikan, meskipun perhatian yang diberikan hanya untuk mencari kesalahan. Jika seseorang menjadi pelaku bullying, tandanya ia iri dengan kelebihan korban bullying. Sesungguhnya kita diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, maka dari itu bersyukurlah!

Salah satu daya tarik dari novel ini adalah mengangkat tentang heterochromia iridium, yaitu kelainan pada warna iris mata yang berbeda di masing-masing matanya. Namun, hal tersebut tak banyak dibahas, lebih seperti pelapis saja, menurutku pembahasannya kurang diperbanyak. Tetapi berkat novel ini aku mengenal heterochromia iridium.

Dan juga, masalah tentang ayah yang pergi meninggalkan keluarganya. Justru hampir diakhir cerita tidak lagi dibahas tentang kepergian ayah tersebut, malah dibiarkan begitu saja.

Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju. Namun sayang, penjelasan-penjelasan yang tertera kurang memuaskan pembaca, masih terkesan seperti hal-hal yang kurang runtut, jadi ending-nya terasa terlalu cepat.

Aku suka dengan tokoh utamanya, Jang-Woo. Meskipun dia memiliki sifat buruk, dia tidak membenci kakaknya yang lebih dipercaya ayahnya. Dia juga ingin membuka diri untuk merubah sikap buruknya. Namun perubahan sikapnya inilah yang terkesan dibuat terlalu cepat, terlalu cepat menjadi seseorang yang baik hati. Selain itu, tokoh yang lebih dominan lainnya yaitu rekan-rekan kerjanya yang berperan sebagai figuran. Adanya mereka cukup membantu membangun cerita.

Beralih pada sudut pandang yang digunakan penulis dalam novel ini, Mba’ Alifiana menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Menurutku pemilihan sudut pandang ini memudahkan pembaca untuk lebih cepat mengerti alur cerita yang ingin disampaikan.

Seperti yang sudah aku tuturkan di awal, dari nama para tokohnya pun sudah sangat kentara sekali bahwa latar tempat yang diusung dalam novel ini adalah Korea Selatan, tepatnya di Seoul dan Busan. Tempat yang menurutku sudah sering dipakai dalam novel. Meskipun begitu, tetap saja ada beberapa atau bahkan banyak tempat yang belum aku tahu, karena selama ini aku pribadi hanya tahu sebatas Seoul saja atau Busan saja, tidak lebih.

Dari novel ini, kita diajarkan untuk mensyukuri apa yang telah ditakdirkan untuk diri kita, seperti salah satu tokoh dalam novel yang menderita kelainan warna iris. Kedua, kita harus sungguh-sungguh dalam bekerja. Dan yang tak kalah penting adalah jagalah kepercayaan orang-orang yang memercayaimu.

“… Hampir semua orang mengutamakan penampilan fisik, padahal semua kecantikan buatan itu hanya semu dan tak bertahan lama.” –Hal. 96

Tak ada gading yang tak patah, aku menemukan beberapa kesalahan dalam pengetikan pada novel ini, seperti:

“Dia tidak pernah menganggapku, Hyung. Padahal berusaha sebaik mungkin seperti yang dia inginkan.” –Hal. 6 [seharusnya pada kalimat kedua bisa ditambahkan “padahal aku telah bersaha sebaik mungkin seperti yang dia inginkan”.]

“… membuat pemuda itu meringi kesakitan.” –Hal. 88 [seharusnya menjadi “meringis”]

“Entah kenapa kalinya ini dadanya begitu lega.” –Hal. 109 [mungkin seharusnya “… kali ini…”]

“.. kata Dong-Won serya menuangkan soju pada gelas kertas Jae-Ha.” –Hal. 132 [Mungkin maksudnya “seraya”]

Overall, kepercayaan dan kerja keras hadir dalam novel ini untuk memperkuat cerita.

3 dari 5 bintang untuk Perfectly Imperfect.

------------------------------

Terimakasih banyak untuk penulis dari novel ini, Mba’ Alifiana Nufi yang telah memberiku kesempatan untuk membaca karyanya ini. Dan kali ini, aku mendapatkan bukunya karena memenangkan giveaway yang diadakan di goodread. Inilah kali pertama aku menang dalam giveaway di goodread.

Kaget

Gak peryaca

Tapi harus percaya

Akhirnya aku benar-benar bisa menamatkan novel ini, terimakasih, Mba’ Alifiana Nufi

Kamsahamnida ><
Probolinggo, 5 Maret 2016

Alhamdulillah.

0 comments:

Post a Comment

 

Keep Moving! Template by Ipietoon Cute Blog Design