Saturday, February 27, 2016

[Book Review] The Wind Leading to Love oleh Ibuki Yuki


Judul Buku : The Wind Leading to Love
Penulis : Ibuki Yuki
Penerbit : Haru
Tebal : 342 Halaman
Terbit : Maret 2015
Cover   : Soft Cover
ISBN     : 9786027742475

Blurb:

                Rasa sakit itu merupakan bukti kalau kita masih hidup.

Suga Tetsuji depresi. Menuruti saran dokter, dia mengasingkan diri di sebuah kota pesisir, di sebuah rumah peninggalan ibunya. Namun, yang menantinya bukanlah ketenangan, tapi seorang wanita yang banyak omong dan suka ikut campur bernama Fukui Kimiko.

Fukui Kimiko kehilangan anak dan suaminya, dan menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebab kematian mereka berdua. Dia menganggap dirinya tidak pantas untuk berbahagia.

Setelah menyelamatkan Tetsuji yang nyaris tenggelam, Kimiko menawarkan bantuan pada pria itu untuk membereskan rumah peninggalan ibunya agar layak jual. Sebagai gantinya, wanita itu meminta Tetsuji mengajarinya musik klasik, dunia yang disukai anaknya.

Mereka berdua semakin dekat, tapi….

------------------------------

Review:

Ini merupakan novel pertamaku dari Penerbit Haru dan aku mendapatkannya dengan cuma-cuma! [gegara ikutan giveaway] lagi-lagi ini adalah novel pertama! Novel pertama terjemahan dari Jepang.

Namun, ini bukan merupakan buku Penerbit Haru pertama yang kubaca, ada satu buku sebelumnya yang pernah aku baca, tapi itu bukan milikku.  Selain harganya yang lumayan [mahal, hehe], toko buku di kotaku tidak menyediakan stok buku-buku Penerbit Haru. Mungkin itu dapat menjadi alasan mengapa novel ini merupakan novel Penerbit Haru-ku yang pertama.

Dilihat dari kovernya, aku suka karena kelihatan klasik dan simpel, tapi menarik. Masih dari kovernya, pembaca akan diajak menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi dalam cerita, karena objek-objek dalam kover sangat turut andil dalam pembentukan cerita dalam novel The Wind Leading to Love ini.

Aku gak pernah menebak kalau bukunya akan lebih tebal dari perkiraanku, dan setelah aku buka segelnya serta mulai membuka halaman demi halaman, aku lagi-lagi dibuat kaget karena ukuran margin dan font-nya di luar perkiraanku [lagi!]. Ternyata ukuran margin dan font-nya lebih kecil dari novel pada umumnya.

Sempat ada rasa malas di awal-awal ingin membaca novel ini karena ukuran-ukuran tadi [hehe]. Tapi akhirnya aku bisa menamatkannya.

Rasa penasaranku terbayar lunas setelah membaca buku ini secara keseluruhan, karena awalnya sudah dibuat penasaran sama blurb-blurb dan ‘sedikit’ spoiler dari beberapa host blogtour giveaway ini.

Jadi, novel ini bercerita tentang dua orang dewasa [Kimiko dan Tetsuji] yang masing-masing telah menikah, bertemu karena ketidaksengajaan. Itulah awal dari pertemuan mereka yang akhirnya membuat keduanya terus bertemu. Karena memang mereka memiliki urusan pribadi masing-masing, di tengah jalan mereka harus berpisah, meskipun sebenarnya keduanya sama-sama tidak menginginkan hal itu.

Hasil terjemahannya tidak kaku, sangat membuat pembaca nyaman untuk larut dalam cerita. Namun ada beberapa bagian yang terkesan lamban dan dapat membuat pembaca bosan. Tapi, entah mengapa penulis memiliki cara untuk memikat pembaca agar meneruskan bacaannya hingga selesai [saya korbannya]. Ada beberapa bagian juga yang berhasil membuat pembaca menguras emosi karena saking apiknya penulis menyampaikan cerita.

Karena ini novel ber-genre young adult, ada beberapa bagian yang memang benar-benar young adult, jadi aku sarankan pembaca novel ini juga haus berstatus young adult.

Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu. Melalui sudut pandang tersebut, panulis memiliki keleluasaan dalam pendeskripsian. Deskripsinya tidak terlalu bertele-tele, namun ada yang susah saya mengerti maksudnya.

Tak ada gading yang tak patah, ada beberapa kesalahan yang saya temukan seperti kesalahan dalam mengetik,

Mellihat wajah tak berdosa itu…” –hal. 156 [Seharusnya tidak dobel ‘l’]

“Sedih juga ya, tidak tahu apa-apa itu.” –hal. 161 [Seharusnya “… tidak tahu apa-apa tentang hal itu.” Atau sejenisnya]

“… dengan kendaraan serbahitam…” –hal. 237 [Seharusnya “serba hitam”]

Overall, ending-nya gak terduga olehku! Karena sempat dibuat ‘baper’ pada akhir-akhir cerita dan sempat memunculkan kesan “Masa sih nanti endingnya begini…”

Tiga dari lima bintang untuk The Wind Leading to Love.

Kemelut masa lalu yang dibawa hingga kini, berhasil dikemas rapi oleh Ibuki Yuki dalam The Wind Leading to Love.

“Rasa sakit itu merupakan bukti kalau kita masih hidup.” –hal. 29


-Probolinggo, 27 Februari 2016

0 comments:

Post a Comment

 

Keep Moving! Template by Ipietoon Cute Blog Design