Saturday, February 4, 2017

[Book Review] Simon vs The Homosapiens Agenda oleh Becky Albertalli


Judul: Simon vs. The Homosapiens Agenda
Penulis: Becky Albertalli
Penerbit: Spring
Ukuran : 13x19 cm
Tebal: 324 halaman
Terbit: Januari 2017
ISBN: 9786026044303

Blurb:

Gara-gara lupa logout dari akun E-mailnya, Simon tiba-tiba mendapatkan sebuah ancaman. Dia harus menjadi makcomblang bagi badut kelas Martin. Jika tidak, fakta bahwa dia gay akan menjadi urusan seluruh sekolah. Parahnya lagi, identitas Blue, teman yang dia kenal via E-mail akan menjadi taruhannya.

Tiba-tiba saja, kehidupannya SMA Simon yang berpusat pada sahabat-sahabat dan keluarganya menjadi kacau balau.


Review:

Bercerita tentang kehidupan remaja sekolah menengah atas, yang ternyata seorang ­gay, bernama Simon. Kehidupannya berjalan seperti biasa, sampai suatu ketika ia lupa untuk me-log-out akun email-nya setelah menggunakan komputer di sekolahnya dan tidak sengaja Martin, teman sekolah Simon, menggunakan komputer tersebut. Akhirnya Martin tahu bahwa Simon itu gay karena dia membaca beberapa email Simon yang dikirimkan kepada seseorang bernama Blue, nama samaran.

Kejadian itu dimanfaatkan oleh Martin. Ia meminta Simon membantunya mendekati Abby, sahabat Simon karena jika tidak, ia mengancam bahwa ia memiliki screenshoot isi email-email Simon dengan Blue. Di situlah Simon merasa ‘diperas’ oleh Martin.

Dengan terpaksa dan merasa tertekan akhirnya Simon menyanggupinya, namun sebenarnya ia tidak benar-benar ingin membantu Martin mendekati Abby.

***

Pada saat membaca bab pertama, pembaca akan langsung digiring ke ‘TKP’ dimana karena kecerobohan Simon, ia lupa me-log-out akun email-nya. Hal tersebut yang menjadikan hari-hari berikutnya tidak lebih mudah bagi Simon.

Genre yang dipilih penulis cukup unik dan ‘aneh’ dalam sudut pandangku. Unik karena mengangkat kehidupan seorang remaja LGBT, namun ini juga ‘aneh’ karena aku sebagai pembaca yang kontra terhadap LGBT.

Genre pendukung yang sangat berperan membangun cerita adalah keluarga dan persahabatan. Masalah yang dibangun tidak selalu terfokus pada satu titik, namun juga merambat ke beberapa titik yaitu dua hal tadi, keluarga dan persahabatan, membuat masalah menjadi sedikit lebih rumit.

Plotnya bejalan sedang-sedang saja dengan beberapa kejadian yang tidak tertebak, membuat pembaca terus tertantang untuk menebak siapakah Blue sebenarnya. Mungkin kebanyakan pembaca akan benar-benar kaget setelah mengetahui siapakah sebenarnya Blue itu, karena sungguh aku tidak menyangka bahwa Blue adalah *sensor* (Penasaran? Buruan beli novel ini :p)

Dari bab awal hingga beberapa bab terakhir, saya dapat bertahan untuk tetap menikmati cerita, namun sampai di bagian ending, saya mulai tidak dapat menikmatinya karena faktor dasar novel ini membahas tentang LGBT. Terasa sedikit geli saat membacanya, hehe.

Aku dibuat gregetan dengan sang tokoh utama, Simon, karena sifatnya yang ceroboh dan gay. Aku berharap dia lekas insaf, hehehe. Oh ya, perlu diingat jika membaca novel ini perlu sikap 'kedewasaan'.

Dari novel ini aku mengenal beberapa tradisi yang diselenggarakan di Amerika, tepatnya di Georgia. Hal ini dapat menambah wawasan dan imaji pembaca, dan juga beberapa produk makanannya, salah satunya adalah Oreo! Karena Simon sangat menyukai makanan yang satu ini.

Untuk kalian yang ingin mengenal lebih jauh tentang Simon, sahabat-sahabatnya, teman sekolahnya, dan keluarga, serta Blue, segera dapatkan dan baca sampai tuntas! Penulis menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama, hal ini lebih memudahkan pembaca memahami alur cerita, menjadi diri Simon si penyuka Oreo sekaligus gay.

3 dari 5 bintang untuk Simon vs The Homosapiens Agenda oleh Becky Albertalli!
“Mungkin aku ingin ini menjadi hal besar yang luar biasa.” –hal. 322

23 comments:

  1. Wah, tentang LGBT ya. Dari sinopsisnya sih ceritanya menarik tapi mungkin agak asing aja buatku karena aku sama dgn kakak yg kontra terhadap LGBT. Tapi boleh dicoba baca sih soalnya kan ada tentang keluarga dan persahabatannya juga. Aku sih setuju dgn kakak buat berpikir dewasa ketika membaca novel ini apalagi menyikapi sifat Simon yg gay.

    ReplyDelete
  2. jadi secara umum "hanya" Simon, Martin, Abby, dan "Blue" yang menjadi tokoh di buku ini? hmm sepertinya sosok "Blue" akan menjadi twist ya. jadi penasaran hahaha.

    ReplyDelete
  3. Belum pernah baca buku yang membahas tentang LGBT..
    Makanya penasaran banget dengan buku 1 ini, sampe2 udah aku masuin ke wishlist aku.. hehehhe

    ReplyDelete
  4. rada ngeh sama tema ceritanya, tapi dari awal udah penasaran sama si Blue itu sih..

    ReplyDelete
  5. Salut buat penerbit spring yg menerbitkan novel dengan tema yg sensitif dan masih tabu bagi sebagian orang indonesia. Novel ini membuatku penasaran kisah kehidupan seorang LGBT dilihat dari sudut pandang penulisnya.

    ReplyDelete
  6. Sebelum komentar tentang review ini, komentar dikit ya kak tentang blognya. Jadi saya berkunjung ke blog kakak lewat ponsel, jadi otomatis loadnya ke mobile view. Pas saya mau komentar, klik 'tambahkan komentar Anda', tapi ngga mau kebuka box comment-nya. Mungkin browser saya yang error (saya pake Opm*n), jadi kudu switch ke desktop version, batu bisa nulis komentar. Tapi kalo saya komentar di blog-blog lain, bisa, biasa aja, tinggal komentar. Mungkin browser saya yang jelek (mungkin), atau kemungkinan template blog kaka kurang responsif di mobile version. Semoga bisa diperbaiki :) Demi kelancaran kita bersama *ahsek*

    Nah lanjut komentar reviewnya. Setelah ngikutin perkembangan buku ini, review dari website lain, kayaknya 'wah' dari segi ceritanya. LGBT, yang sensitiiiif banget di Indonesia. Kalo saya sih, lebih condong ke Pancasila (loh, kok jadi ini).
    Sebagai seorang yang ngikutin Pancasila, yah terserah masing-masing individu mau suka sama siapa. Mau sama batu kek, sama ulat, sama kepompong, serah lah ya, asal ga ngeganggu kehidupan orang. Tapi karena mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim, di sini yang bikin isu macam gay jadi 'panas'. Dan, beneran, saya apresiasi banget sama Penerbit Spring yang 'berani' nerbitin buku ini. Dan, selamat, wishlist saya bertambah panjang 1 cm (kabar buruk untuk dompet, tapi).

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih atas masukannya, memang benar sebelumnya ada sedikit masalah dengan blogku ini, tapi sekarang sudah diperbaiki kok, hehe.

      Tapi bener buku ini bikin gregetan bacanya :D

      Delete
  7. Aku bukan tukang komentar yang baik. Anggap saja, Simon itu aku. Aku geli sendiri sih bayanginnya. Menurut aku LGBT itu adalah hak loh ka. Dan itu sebuah naluri yg mendasar. Aku ga tau yah ka, mungkin ini review buku tersingkat yg aku baca diblog2 yg lainnya. Tapi kalau novel Simon ini,review kaka jadi kedua yg aku baca. Bukan niat ngikut giveaway awalnya. Tapi emang karna nemu link blog. Aku klik aja. Muncul deh, eih iya, ada blogtournya. Yaudah aku ikutin. *ets dah ga nyambung*

    Review kaka terlalu singkat, maaf ka, tapi kalau aku cuma baca review kaka nih yah, *kalau* aku ga begitu tertarik sama novel ini. Kaka kurang ngash liat keseeuan, dan ketegangan yg ada dinovel ini. Tapi, aku kasih 3 bintang dr 5 bintang buat review kaka.

    Dan maaf, dr awal aku udah bilang, aku bukan tukang komentar yg baik. Jadi maaf. Maaf bngt yah ka. Ga usah tersinggung sama aku. Pokoknya semangat buat kaka. Semoga ini awal ngehost blog tour yg baik buat kaka. Sukses terua ka..

    *aneh yah?😯*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih masukannya, terlalu singkat ya? aku juga masih dalam tahap belajar menjadi reviewer yang baik dan benar, hehe. Kedepannya aku akan mengusahakan untuk dapat memberikan review yang dapat menarik minat pembaca, terimakasih sekali lagi :)))

      Delete
  8. Nah! Ternyata ini adalah salah satu buku yang harus kubaca loh! Loh kenapa? apakah karena aku suka tema LGBT di dalamnya? Hmmm... gak juga sih! Sebenernya lebih karena aku belum pernah baca buku yang mengangkat LGBT jadi penasaran. Selain itu, aku termasuk pembaca segala genre ^^

    Sepertinya kalau baca dari review ini, akan ada kekonyolan2 Simon yang bisa bikin kita senyum2 sendiri saat baca buku ini. Hehehehe. Kebetulan banget nih lagi butuh bacaan yang bisa bikin otak ini refreshing^^

    ReplyDelete
  9. Waaah. Ini LGBT. Tapi kayaknya refreshing ceritanya.
    Apa pun itu, kalau bisa menyegarkan pikiran, nggak masalah. Dari covernya, lucu gitu.

    ReplyDelete
  10. Lihat covernya pertama kali, Menarik dan menggugah untuk dibaca.
    Lanjut baca blurb, Ternyata Novel ini memiliki tema/genre yang mungkin masih jarang diangkat.
    Lanjut baca review, Pingin tau inti dari cerita ini apa dan bagaimana. Pingin baca bukunya, Pingin tau sosok Blue, Simon, Martin, Abby. Bagaimana akhir cerita mereka. Konflik apa saja yang mereka hadapi.

    ReplyDelete
  11. Karena temanya unik, jarang diungkit, makanya aku penasaran sama buku ini! Apalagi waktu baca review di sini dan beberapa post di instagram mengenai buku ini, semakin menambah rasa penasaranku. :')

    Penasaran seberapa gregetnya sama tokoh utama, si Simon ini~

    ReplyDelete
  12. jarang ada yang ngangkat kisah gay, bikin penasaran

    ReplyDelete
  13. aku cuma penasaran aja, gimana rasanya membaca buku yang gak kita sukai tema.nya tapi harus dipaksa baca sampe tuntas plus bikin review.nya?

    thanks for the answer (klo dijawab) 😄😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah hehe, ya gampang-gampang susah sih, tapi kali ini aku mencoba untuk menyelesaikan misi yang satu ini, meskipun akan berdampak pada hasil review nya, hehe, mungkin bisa membandingkan review novel ini dengan beberapa review novel lainnya di blogku.

      Delete
  14. Karena ini novel terjemahan, aku memaklumi sih ada tema2 gaynya. But, selalu ada yang menarik sih dari novel terjemahan. Baik temanya, gaya bahasa, unsur ekstrinsik sosial budayanya juga. Jadi, tidak ada salahnya untuk coba dibaca.

    ReplyDelete
  15. Sepertinya bakal dapat asupan tawa dengan baca cerita ini. Gx kebayang gimana rasanya jadi Simon, pasti kesel banget sama Martin. Tapi mungkin lebih kesel sama diri sendiri karena bisa seceroboh itu.
    -Berharap Simon dikembalikan ke jalan yang normal, hehe-

    ReplyDelete
  16. Dari 3 review edisi bahasa yang kubaca, terlepas dari apakah mereka pro-kontra sama LGBTA, semuanya mengeluhkan bahasa yang 'membosankan'. I read english edition of this book and it's actually hilarious and honest, so maybe it's on the translator?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa jadi, tapi menurutku persepsi orang tentang apakah itu membosankan atau tidak tergantung orangnya :) Btw, asik kayaknya bisa baca dari beberapa versi bahasa, jadi lebih menarik

      Delete
  17. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  18. Beli novelnya dimana ya, kak?

    ReplyDelete

 

Keep Moving! Template by Ipietoon Cute Blog Design