Penulis: Sofi Meloni
Editor: Irna Permanasari
Desain sampul: Marcel A. W.
Layout: Ayu Lestari
Penerbit: Gramedia
Cetakan: pertama, 2015
Jumlah hal: 248 halaman
ISBN: 978-602-03-2408-1
Blurb:
Hey, Cinta. Apakah kamu di sana? Oh, tidak? Mungkin di sini ? Tidak
juga ternyata. Sebenarnya kamu di mana?
Memulai kehidupan profesional tidak semudah yang kubayangkan saat
aku memutuskan pindah ke Jakarta. Macet dan polusi di mana-mana, Transjakarta
yang sesak, serta kopi pahit yang disodorkan rekan kerjaku setiap pagi. Belum
lagi atasanku, Pak Daniel, yang kelewat misterius.
Semuanya semakin rumit saat masalah datang dan mempertemukanku
kembali dengan Evan, pria yang mengajakku be rkenalan di halte Transjakarta.
Kejutan lainnya adalah Sam, teman chatting-ku, yang ternyata juga berada di
kota yang sama denganku dan mengajak ketemuan! Entah berapa banyak lagi kejutan
yang menantiku di kota metropolitan ini.
Hey, Cinta. Apa aku akhirnya akan menemukanmu di sini?
-Lulu-
Review:
Setelah sekian lama [?] akhirnya aku bisa kembali membaca buku dari
Gramedia lagi. Pemilihan warna kover yang menurutku pas, enak dilihatnya dengan
memilih warna perpaduan antara putih tulang dan coklat muda ditambah dengan
ilustrasi backround-nya menggambarkan papan kayu yang di atasnya ada
seorang gadis sedang tertidur bersamaan laptop yang sedang terbuka tapi tidak
menyala, sebuah kacamata, secangkir teh, dan setangkai bunga berwarna putih.
Pembaca diajak ke dalam dunia Lulu, sang tokoh utama, dengan dunia
perkantoran di kota metropolitan, Jakarta. Setiap pagi dia harus bergegas
menuju halte bus untuk dapat mengendarai bus Transjakarta ke kantornya. Ia berprofesi
menjadi seorang karyawan perusahaan dibidang purchasing. Sejujurnya aku
gak terlalu mengerti tentang hal karyawan perusahaan di bidang purchasing
pula, namun penjelasan yang disuguhkan membuatku akhirnya sedikit-demi sedikit
mengerti tentang pekerjaan dibidang tersebut.
Lulu bekerja dengan seorang atasan, Pak Daniel dan seorang
karyawati di bidang purchasing lainnya yaitu Cindy. Hanya ada tiga orang
di ruang kerjanya. Sepi? Sudah pasti. Apalagi hubungan Lulu dengan Cindy
tidaklah baik. Hal itu diperburuk setelah Lulu kenal Evan, seorang karyawan
yang suatu hari tiba-tiba menyapanya di halte bus dan memperkenalkan dirinya
sebagai karyawan di perusahaan yang sama dengan Lulu tapi dia bekerja dibidang marketing.
Awal pertemuan itu berlanjut menjadi pertemuan setiap pagi, bahkan
mereka berangkat dan pulang kantor bersama menggunakan Transjakarta. Kedekatan Evan
ke Lulu membuat Lulu yang awalnya selalu
menganggap semuanya kebetulan akhirnya luluh juga. Cara Evan memperlakukan Lulu
dengan baik membuat Lulu terus berharap bahwa Evan memendam rasa terhadapnya. Di
sini aku berhasil dibuat baper oleh Mbak Sofi, ceritanya pas banget kaya
pengalaman sendiri. Jujur aku gampang banget baper sama perhatian-perhatian
kecil seperti yang Evan lakukan ke Lulu.
“Ucapan Evan lagi-lagi membuatku merasakan sesuatu merambat di dadaku.” –hal 31
“Kehangatan menyeruak di sana. Mungkin aku memang menyalahartikan perkataan Evan barusan, tapi aku tidak punya kendali atas reaksi tubuhku yang begitu spontan, bahkan sebelum aku bisa menganalisis lebih lanjut maksud perkataannya.” -hal 31
Tapi, semua spekulasi Lulu terhadap Evan yang
seakan selalu memberikan perhatian padanya tidak terbukti kebenarannya setelah
mengetahui fakta bahwa selama ini Evan mendekati Lulu hanya karena ingin dekat
dengan Cindy, teman satu kantornya.
Seketika hatinya remuk, pasti.
“Ini salah perasaanku yang terus berkembang tanpa bisa kukendalikan.” –hal. 45
Menurutku Lulu tidak salah telah mengharapkan Evan, mungkin kalau
aku berada di tempat Lulu, aku akan melakukan hal yang sama, mengharapkan Evan.
Banyak hal yang terjadi setelah itu. Hubungannya dengan Cindy
menjadi semakin buruk, mereka berdua terlibat perang dingin. Namun hubungannya
dengan atasannya, Pak Daniel menjadi lebih baik dari sebelumnya. Siapa sangka
bahwa Pak Daniel yang dikenal tegas dan tidak banyak bicara di kantor memiliki
rahasia yang akan mengejutkan Lulu.
Aku baru tahu kalau ternyata novel ini jebolan wattpad. Tapi
tak jadi masalah.
Cerita yang mengalir begitu saja, membuat pembaca tidak ingin
segera mengakhiri bacaannya, karena di setiap akhir babnya disuguhkan ending
yang bikin penasaran, inilah nilai plus dari novel Peek A Boo, Love. Namun
cerita seakan tidak peduli selain membahas tentang kisah asmara Lulu, kurang
diberi penjelasan tentang Jakarta sebagai kota metropolitan, jadi hal tersebut
tidak akan membuat cerita terkesan monoton. Aku menemukan kesalahan ketik tapi
menurutku tidak jadi masalah karena ending novel ini memuaskan pembaca.
Pekerjaan, pertemanan, percintaan, dan buku, dikemas menjadi satu
serta menghasilkan semuah karya berjudul Peek A Boo, Love karya Sofi Meloni.
3 dari 5 bintang untuk Peek A Boo, Love!
“Aku tahu persis rasanya menunggu orang yang belum tentu muncul. Menunggu orang yang hatinya untuk orang lain.” –hal 207
Wassalamualaikum!
0 comments:
Post a Comment