Judul : Perfectly Imperfect
Penulis : Alifiana Nufi
Penyunting : Cicilia Prima
Illustrasi isi : Sara Debora & Helfi Tristeawan
Penata isi : Yusuf Pramono
Penerbit : PT Grasindo
Terbitan : November 2015
Jumlah halaman : 154 halaman
ISBN : 978-602-375-267-6
Blurb:
Ahn
Ji-Hyun
Bukan
keinginanku menjadi berbeda dari kebanyakan orang. Mata inilah yang membuatku
berbeda dan sumber dari segala kesengsaraan yang aku alami. Sepasang mata
dengan iris berlainan yang entah dari siapa aku mendapatkannya. Tapi, pemuda
itu berbeda dari kebanyakan orang. Bukannya menganggapku aneh, dia malah
menganggapku istimewa. Bolehkah aku berharap lebih padanya?
Park
Jang-Woo
Bukan
keinginanku berada di kota ini. Semua ini kulakukan demi mendapatkan
kepercayaan ayahku kembali. Aku hanya perlu bersikap baik selama tiga bulan dan
segera kembali ke Seoul. Tapi semua berubah saat aku menyelamatkan seorang
gadis dengan mata langka itu. Aku menjadi korban bullying berikutnya. Mengapa
banyak yang membencinya? Padahal dia memiliki sesuatu yang langka.
Bukankah
sesuatu yang langka itu istimewa?
Review:
Jang-Woo,
seorang anak dari pengusaha terkenal di Seoul, Korea Selatan, dapat melakukan
apa saja yang ia inginkan dengan mengandalkan kekayaan dan kekuasan ayahnya.
Sayang, kepercayaan yang ayahnya berikan padanya tidak dapat ia gunakan sebaik
mungkin. Hingga suatu hari, ketika Jang-Woo bersungguh-sungguh menyelesaikan
tugas dari ayahnya dengan usahanya sendiri, ayahnya tetap tidak percaya.
Kepercayaan,
mahal benar harganya.
Karena
merasa tak pernah lagi dipercaya oleh sang ayah, akhirnya Jang-Woo kesal hingga
melakukan hal yang benar-benar membuat ayahnya mengusir dirinya dari rumah
untuk memperbaiki sifat-sifat buruknya. Mulai dari situlah ceritanya dimulai.
Tema
yang diangkat dalam novel ini yang pertama adalah kisah antara si kaya dan si miskin dan yang kedua masih sama dengan novel-novel remaja kebanyakan, bullying.
Namun, kali ini bukan bullying yang dilakukan oleh anak sekolahan,
melainkan dilakukan oleh sesama rekan kerja. Sangat rasis memang, tapi itu juga
yang terjadi sebenarnya di Korea Selatan sekarang ini. Seperti drama-drama yang
mereka buat, sering sekali melibatkan aksi bullying pada jalan
ceritanya.
“Bukankah kita takut berbeda dengan orang lain? Takut dianggap aneh, takut dianggap abnormal, asing, siluman, dan sebutan lainnya. Dan aku mengalaminya dari kecil.” –hal. 38
Aksi
bullying secara tidak langsung membuat seseorang diperhatikan, meskipun
perhatian yang diberikan hanya untuk mencari kesalahan. Jika seseorang menjadi
pelaku bullying, tandanya ia iri dengan kelebihan korban bullying.
Sesungguhnya kita diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing,
maka dari itu bersyukurlah!
Salah
satu daya tarik dari novel ini adalah mengangkat tentang heterochromia
iridium, yaitu kelainan pada warna iris mata yang berbeda di masing-masing
matanya. Namun, hal tersebut tak banyak dibahas, lebih seperti pelapis saja,
menurutku pembahasannya kurang diperbanyak. Tetapi berkat novel ini aku
mengenal heterochromia iridium.
Dan
juga, masalah tentang ayah yang pergi meninggalkan keluarganya. Justru hampir
diakhir cerita tidak lagi dibahas tentang kepergian ayah tersebut, malah
dibiarkan begitu saja.
Alur
yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju. Namun sayang,
penjelasan-penjelasan yang tertera kurang memuaskan pembaca, masih terkesan
seperti hal-hal yang kurang runtut, jadi ending-nya terasa terlalu cepat.
Aku
suka dengan tokoh utamanya, Jang-Woo. Meskipun dia memiliki sifat buruk, dia
tidak membenci kakaknya yang lebih dipercaya ayahnya. Dia juga ingin membuka
diri untuk merubah sikap buruknya. Namun perubahan sikapnya inilah yang
terkesan dibuat terlalu cepat, terlalu cepat menjadi seseorang yang baik hati. Selain
itu, tokoh yang lebih dominan lainnya yaitu rekan-rekan kerjanya yang berperan
sebagai figuran. Adanya mereka cukup membantu membangun cerita.
Beralih
pada sudut pandang yang digunakan penulis dalam novel ini, Mba’ Alifiana
menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Menurutku pemilihan sudut
pandang ini memudahkan pembaca untuk lebih cepat mengerti alur cerita yang
ingin disampaikan.
Seperti
yang sudah aku tuturkan di awal, dari nama para tokohnya pun sudah sangat
kentara sekali bahwa latar tempat yang diusung dalam novel ini adalah Korea
Selatan, tepatnya di Seoul dan Busan. Tempat yang menurutku sudah sering
dipakai dalam novel. Meskipun begitu, tetap saja ada beberapa atau bahkan
banyak tempat yang belum aku tahu, karena selama ini aku pribadi hanya tahu
sebatas Seoul saja atau Busan saja, tidak lebih.
Dari
novel ini, kita diajarkan untuk mensyukuri apa yang telah ditakdirkan untuk
diri kita, seperti salah satu tokoh dalam novel yang menderita kelainan warna
iris. Kedua, kita harus sungguh-sungguh dalam bekerja. Dan yang tak kalah
penting adalah jagalah kepercayaan orang-orang yang memercayaimu.
“… Hampir semua orang mengutamakan penampilan fisik, padahal semua kecantikan buatan itu hanya semu dan tak bertahan lama.” –Hal. 96
Tak
ada gading yang tak patah, aku menemukan beberapa kesalahan dalam pengetikan pada
novel ini, seperti:
“Dia tidak pernah menganggapku, Hyung. Padahal berusaha sebaik mungkin seperti yang dia inginkan.” –Hal. 6 [seharusnya pada kalimat kedua bisa ditambahkan “padahal aku telah bersaha sebaik mungkin seperti yang dia inginkan”.]
“… membuat pemuda itu meringi kesakitan.” –Hal. 88 [seharusnya menjadi “meringis”]
“Entah kenapa kalinya ini dadanya begitu lega.” –Hal. 109 [mungkin seharusnya “… kali ini…”]
“.. kata Dong-Won serya menuangkan soju pada gelas kertas Jae-Ha.” –Hal. 132 [Mungkin maksudnya “seraya”]
Overall,
kepercayaan dan kerja keras hadir dalam novel ini untuk memperkuat cerita.
3
dari 5 bintang untuk Perfectly Imperfect.
------------------------------
Terimakasih
banyak untuk penulis dari novel ini, Mba’ Alifiana Nufi yang telah memberiku
kesempatan untuk membaca karyanya ini. Dan kali ini, aku mendapatkan bukunya
karena memenangkan giveaway yang diadakan di goodread. Inilah kali
pertama aku menang dalam giveaway di goodread.
Kaget
Gak
peryaca
Tapi
harus percaya
Akhirnya
aku benar-benar bisa menamatkan novel ini, terimakasih, Mba’ Alifiana Nufi
Kamsahamnida >< |
Probolinggo, 5 Maret 2016
Alhamdulillah.
0 comments:
Post a Comment