“karena
setiap orang perlu mengalaminya satu kali dalam hidup”
Judul:
Seishun No Tabi
Penulis:
Tangguh Alamsyah
Penerbit:
Diva Press
Cetakan:
I, Juni 2013
Jumlah
Halaman: 228
ISBN:
9786022790051
Blurb:
Harayuki
Ashiya bersama beberapa cucu almarhum sang kakek yang kaya raya ditantang untuk
menemukan kunci menuju warisan senilai 800 miliar yen. Mereka diberi petunjuk
yang tersebar di sejumlah titik penting di negara Jepang. Bersama Akira, sang
partner yang genius tapi bersikap dingin, ia pun bersaing dengan kelompok
lainnya memecahkan segala misteri dengan terus dibayang-bayangi sosok pembunuh
misterius. Banyak momen menegangkan bercampur romantisme yang tersirat begitu
manis. Semuanya disajikan secara kompleks oleh Tangguh Alamsyah, salah satu
pemenang #lombanoveljepang.
Review:
Yang
muncul pertama kali dalam pikiranku [mungkin juga kebanyakan pembaca] setelah
memegang buku ini adalah ‘apa arti dari judul novel ini?’ sayangnya pertanyaan
ini belum bisa terjawab hingga di akhir halaman. Namun setelah mencoba googling,
ternyata arti dari ‘Seishun No Tabi’ adalah Pencarian Harta.
Judul
yang digunakan menurutku cukup menarik, namun kover dari novel ini tidak
relevan dengan isi novelnya. Memang gambar bunga sakura dan sebuah origami
sangat mewakili latar tempat dari novel ini, yaitu Jepang, namun menurutku
kovernya kurang mengena. Lebih terkesan terlalu ‘lembut’ untuk cerita yang
memuat tentang petualangan.
Ya,
tema utamanya adalah petualangan yang dipadukan dengan sejarah. Awal melihat
kovernya saja, aku gak terlalu tertarik dengan isi ceritanya, disamping tidak
ada arti dari judulnya [seperti yang telah aku bahas di atas] kovernya yang
mungkin terlalu ‘lembut’, lebih mewakili ‘aura perempuan’ membuatku enggan
cepat-cepat membacanya. Namun pada suatu hari [karena tuntutan reading
challenge, hehe] akhirnya aku mulai membacanya juga.
Alhasil
aku dibuat kaget dengan jalan ceritanya, ternyata jauh dari perkiraanku sebelumnya
tentang apa yang akan diceritakan pada novel ini. Aku tidak menyangka akan
diajak berpetualang ke Jepang oleh novel ini.
Alur
yang digunakan adalah alur campuran, namun lebih dominan alur majunya, karena
alur mundur digunakan untuk menceritakan masa lalu dari para tokoh.
Tokoh
utamanya adalah seorang gadis SMA yang harus ikut dalam misi pencarian harta
kakek yang telah tiada bersama cucu-cucu yang lainnya, mereka dibentuk dalam
beberapa pasang. Untuk penulis cowok yang menulis karakter cewek, menurutku
tidak kaku. Di novel ini, Mas Tangguh bisa membuat sedemikian rupa agar benar-benar
mendapat kesan ‘seorang cewek’ pada tokoh utama.
Saat
petualangan dimulai, semua peserta diharuskan berkeliling Jepang dengan
transportasi umum, tapi kebanyakan menggunakan jasa JR atau Japan Railways. Perjalanan
mengunjungi tempat-tempat bersejarah menjadi alur cerita mereka guna
mendapatkan harta karun sang kakek. Akhirnya akan ada satu pasangan yang dapat
menemukan harta karun tersebut.
Kepribadian
tokoh utama kurang diekspos lebih detail, hal lain yang dibahas tentang tokoh
utama hanyalah keahliannya dalam judo. Dari situlah aku bisa menyimpulkan bahwa
tokoh utama sedikit tomboi. Penjelasan tentang
kedua orang tuanya juga hanya ‘lewat sebentar’ karena cerita lebih fokus
membahas hubungan tokoh utama dengan sang kakek.
Aku
masih sedikit kebingungan dengan nama-nama tokohnya, karena menurutku semuanya
hampir sama, hehe.
Sudut
pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama, dalam hal ini para
pembaca diajak menjadi seorang tokoh utama. Menurutku cukup menyenangkan
pembaca karena bisa melebur langsung dalam cerita.
“Orang yang selama ini kuanggap orang baik ternyata adalah pelaku dari semua kejadian buruk yang kami alami.” –hal. 217
Ada
beberapa amanat tersirat di dalam novel ini seperti, jangan mudah percaya
dengan orang yang baru dikenal, karena penampilan luarnya belum tentu sama
dengan penampilan dalamnya. Amanat ini akan kita temukan di akhir cerita yang
sedikit tak terduga karena aku kurang fokus dengan nama dari tokoh-tokohnya
tadi.
Kekurangan
dari novel ini adalah tidak tersedianya footnote menyebabkan pembaca
kebingungan terumak aku, jadi membuatku kurang nyaman saat menemukan kata atau
kalimat dalam bahasa Jepang. Selain itu, aku juga menemukan beberapa kesalah
ketik dalam novel ini, seperti:
“UntungnyasewaktuTKakudiajariuntukmembiasakan diri mengingat… ” –hal. 36 [seharusnya terdapat spasi di kalimat itu]
“Kereta mlam ekspres ini… ” –hal. 90 [seharusnya kata ‘mlam’ menjadi ‘malam’]
“Betapa nyamannya ranjang ini. seprai dan selimutnya lembut… ” –hal. 92 [seharusnya kata ‘seprai’ ditulis menjadi ‘Seprai’]
“Jangan macam-macam denganku. Aku sudah dan dua judo!” –hal. 99 [kalimat ini membuat aku kebingungan karena tidak berhasil menangkap maksudnya]
Beberapa
kutipan yang berhasil aku temukan dalam novel ini adalah:
“Zaman sudah mempermudah manusia dengan segala yang mereka butuhkan. Namun itu bukan berarti bahwa manusia berhak berkeluh kesah ketika kemudahan itu kadang tak berhasil.” –hal. 134
“Aku jadi bertanya-tanya apakah orang-orang di negeri lain merasakan kebanggaan yang sama pada tanah airnya seperti yang kurasakan pada tanah airku ini?” –hal. 160
Kebanyakan
dari kutipan yang aku temukan merupakan sindiran yang akhirnya aku merasa
terdindir sendiri, hehe.
------------------------------
4
dari 5 bintang untuk Seishun No Tabi.
Novel
ini aku rekomendasikan banget untuk kamu, para good readers yang suka
banget dengan tantangan dan petualangan!
Seishun
No Tabi menyajikan cerita yang tak terduga dan di akhiri dengan manis yang
berhasil ditulis oleh Tangguh Alamsyah.
“Aku datang ke sini bukan untuk menawarkan sebuah petualangan mewah. Bukan pula petualangan dengan satu tujuan khusus. Aku hanya merasa bahwa melakukan perjalanan bersamamu merupakan hal yang paling menyenangkan dalam hidup.” –hal 226-227
0 comments:
Post a Comment