Judul Buku : Melbourne [Rewind]
Cetakan ke : pertama, 2013
Jumlah Halaman : xii +
328 hlm
Book Blurb
Pembaca tersayang,
Kehangatan Melbourne membawa siapa pun untuk bahagia. Winna Efendi
menceritakan potongan cerita cinta dari Benua Australia, semanis
karya-karya sebelumnya: Ai, Refrain, Unforgettable, Remember When, dan
Truth or Dare.
Seperti kali ini, Winna menulis tentang masa lalu, jatuh cinta, dan
kehilangan.
Max dan Laura dulu pernah saling jatuh cinta, bertemu lagi dalam satu celah
waktu. Cerita Max dan Laura pun bergulir di sebuah bar terpencil di daerah
West Melbourne. Keduanya bertanya-tanya tentang perasaan satu sama lain.
Bermain-main dengan keputusan, kenangan, dan kesempatan. Mempertaruhkan
hati di atas harapan yang sebenarnya kurang pasti.
Setiap tempat punya cerita.
Dan bersama surat ini, kami kirimkan cerita dari Melbourne bersama pilihan
lagu-lagu kenangan Max dan Laura.
Enjoy the journey,
EDITOR
From Me
Finally, I am done! Honestly, ini pertama kalinya baca novel dari
GagasMedia, sumpah! [hehehe :D] *lambaikan bendera putih. D-A-N pertama kalinya
baca novel karya Mba’ Winna Efendi! *[lagi] lambaikan bendera putih. Because,
I don’t have a lot of money [lagi krismon, eh] Maklum lah, bukan orang
tajir, juga bukan koruptor yang seenak jidatnya makan uang rakyat dimana-mana
[lagi ngomongin apa sih?] Juga pertama kalinya aku buat resensi novel! *[lagi
dan lagi] lambaikan bendera putih. Ngomong-ngomong tentang resensi, jadi
keinget masa-masa kelas IX [eaaa.. :D] dan kalau inget kelas IX, jadi inget
sama UN - __- Ok, back to the topic! Memang agak telat sih aku tau
tentang project novel dari GagasMedia dan Bukune tentang STPC [Setiap
Tempat Punya Cerita] ini [hadeh - __-] Awalnya aku tau dari Twitter, banyak
yang nge-tweet kalau mereka udah punya LENGKAP seri STPC sekaligus gambar-gambarnya,
lah dari situ aku jadi penasaran dan tadaaa!!! akhirnya aku putuskan untuk
ikut-ikut ngoleksi novel seri STPC :D [no plagiarism] Dan seri STPC yang
pertama kali aku beli adalah… *drum roll, Melbourne!!!! Karya mba’ Winna Efendi
tentunya :) Beberapa hal yang bikin aku pingin [pake banget] ngoleksi novel
seri STPC adalah pertama, menurut aku judulnya menarik karena entah,
mungkin karena pakai nama-nama kota yang ada didunia [alasan absurd] Yang kedua,
masih menurut aku tentunya, setiap cover novel seri STPC itu easy
catching gimana gitu, apalagi yang dari GagasMedia, simple but
gorgeous!
|
#Penampakan beberapa novel seri STPC |
Sesuai dengan judul novelnya
yaitu Melbourne, so pasti settingnya di Melbourne. Melbourne adalah ibu kota negara bagian Victoria di Australia.
Melbourne merupakan kota terpenting kedua dari segi bisnis dan kedua terbesar
di Australia serta kota terbesar di Victoria. Pada bulan Juni, 2011, Melbourne memiliki
populasi 4.1 juta jiwa. Penduduk Melbourne biasanya disebut sebagai
'Melburnian'. Pengucapan Melbourne adalah /ˈmɛlbərn/. Motto Melbourne adalah "Vires
acquirit eundo" yang
berarti "Kita bertambah kuat sejalan dengan kemajuan kita. Melbourne
terletak di dekat teluk besar alam, yaitu 'Port Philip Bay'. Pusatnya berada di
muara sungai Yarra, dengan kawasan pinggiran di sekitar teluk ke arah timur dan
barat. Ada 30 kotamadya di Melbourne, termasuk Melbourne City Council yang mengucap daerah kecil terdiri dari
kota dalam dan distrik bisnis terpenting. How do I knew? Wikipedia always
be there for me ;D [hehehe]
|
#Melbourne |
Seperti
biasa, novel Mba’ Winna Efendi yang satu ini ber-genre romance, dengan
main characternya Max dan Laura. Di novel Melbourne ini, Mba’ Winna membantu
para readers buat lebih gampang, lebih cepat dapat feel-nya dengan cara
menggunakan sudut pandang akuan [Pov yang pertama] dari Max maupun Laura. So,
para good readers diajak untuk ngerasain gimana jadi Max dan jadi Laura
juga gimana. And for you all who like listening music, I recommend you to
read this novel! Why? Kalian akan tau kalau udah baca, hahaha :D [evil’s
laugh] music + novel = perfect couple!
“What about some coffe?” –hal. 26
Sedikit bocoran,
Melbourne menceritakan tentang Max dan Laura yang dulunya pernah menjalin
hubungan, tapi karena sebuah masalah sepele, mereka akhirnya putus! Dan
beberapa tahun setelah itu, takdir mempertemukan mereka kembali. Bagi aku,
bahasa yang digunakan Mba’ Winna Efendi sedikit agak susah dimengerti pada beberapa
halaman [Cuma beberapa doang kok :D] tapi mungkin buat writers atau good
readers yang sudah bergulat dengan KBBI itu tentunya tidak menjadi masalah
[ketahuan deh kalau jarang buka KBBI :D] terus, juga banyak nyempil
kalimat-kalimat dalam bahasa Inggris yang dapat menambah rasa luar negerinya
:D, buat aku itu sangat membantu banget, jadi bisa nambah kosakata dengan
catatan gak malas buka kamus :)
Passion
dari Max dan Laura berperan banget dalam jalannya cerita. Max yang suka banget
dengan pencahayaan dan Laura dengan musik-musik bergenre yang menurut orang
lain aneh, tapi nggak bagi dia.
“Sejak kecil, gue
selalu terpesona pada cahaya” -hal.
4
“Sementara aku, aku percaya ada lagu
yang tepat untuk setiap peristiwa maupun kenangan” -hal. 18-19
Quotes
yang tercantum dalam novel ini lumayan banyak, dan ada beberapa yang aku suka,
diantaranya:
“A light is never just a light.”
–hal. 8
“—setiap orang memiliki soundtrack
kehidupannya sendiri.“ –hal. 19
“Bagiku
cinta adalah sesuatu yang berjalan apa adanya, seiring waktu.” –hal. 51
“Cinta itu rumit, tetapi setiap
orang tidak sabar untuk jatuh cinta ke dalam kerumitan itu, dan ikut tersangkut
dalam jaringnya.” –hal. 52
“Sometimes the truth is harder to
take than lies.” -hal. 53
“…orang-orang yang salah mungkin
bisa buat lo senang, tapi orang-orang yang tepat akan membuat lo merasakan lebih
dari itu semua.” –hal. 81
“Things always happen for a reason,
that’s what everybody says.” –hal. 123
“Dengan menerima kenyataan, kita
akan lebih mudah bergerak maju, mengecilkan ruang untuk rasa sesal.” –hal. 123
“Tangisan tidak hanya diperuntukkan bagi orang-orang
lemah. Tangisan diciptakan untuk orang-orang kuat, untuk mengingatkan mereka
bahwa kesalahan adalah sesuatu yang wajar dan tidak apa-apa jika sesekali kita
merasakan takut, sesal, atau pun sedih.” –hal. 176
“Terkadang, emosi yang tak berlandas logika mampu
mengacaukan segalanya.” –hal. 303
Setelah
aku baca ulang [yang ke dua kalinya], I found some awkward!
·
Di halaman depan
Max mengatakan, “Detik
ini, gue berdiri di tempat yang sama seperti seperti lima tahun lalu,
mendengarkan lagu yang sama, dan menyesap kopi yang sama.” –hal. 14
Sedangkan dihalaman lainnya Max mengatakan, “… seperti malam-malam kami di Prudence, enam tahun
yang lalu.” –hal. 40 Ini yang betul kapan sih? Lima tahun atau enam
tahun yang lalu? Terus di halaman selanjutnya masih kata Max, “Gue ingin mengisi tanda tanya
besar yang ada dalam rentang lima tahun kami nggak menjadi bagian dari
hidup masing-masing.” –hal. 68 It makes me little confused.
·
“Namun,gue serius.Gue ingin memeluknya,melingkarkan…”
–hal.212 ini bener-bener gak ada
spasinya.
·
Human is human,
nobody is perfect. Kebetulan,
novel Melbourne yang aku beli halaman 49 tidak
tertera nomor halamannya :D
Seperti
yang aku katakana tadi, I love the cover at the first sight! Visualisasi
dari novel ini keren, gak hanya covernya tapi isinya juga menggoda :D
|
#Pembatas kece novel Melbourne |
|
#Beberapa ilustrasi yang dibubuhkan |
Mungkin
aku bukan pengamat yang handal, mungkin karena banyak kelebihan jadi
kekurangan-kekurangan yang ada bisa tertutupi sampai akhirnya aku bingung mau
kasih kritik tentang apa lagi [haha, payah!]
Jadi, buat
kalian para good readers yang
penasaran, buruan baca novelnya ya! :D