Monday, September 15, 2014

[Book Review] Melbourne: Rewind oleh Winna Efendi



Judul Buku : Melbourne [Rewind] 
Penulis : Winna Efendi
Penerbit : GagasMedia
Tahun Terbit : Juni 2013

Cetakan ke : pertama, 2013

Jumlah Halaman : xii + 328 hlm
Ukuran Buku : 13 x 19 cm

Book Blurb
Pembaca tersayang,

Kehangatan Melbourne membawa siapa pun untuk bahagia. Winna Efendi menceritakan potongan cerita cinta dari Benua Australia, semanis karya-karya sebelumnya: Ai, Refrain, Unforgettable, Remember When, dan Truth or Dare.

Seperti kali ini, Winna menulis tentang masa lalu, jatuh cinta, dan kehilangan.

Max dan Laura dulu pernah saling jatuh cinta, bertemu lagi dalam satu celah waktu. Cerita Max dan Laura pun bergulir di sebuah bar terpencil di daerah West Melbourne. Keduanya bertanya-tanya tentang perasaan satu sama lain. Bermain-main dengan keputusan, kenangan, dan kesempatan. Mempertaruhkan hati di atas harapan yang sebenarnya kurang pasti.

Setiap tempat punya cerita.

Dan bersama surat ini, kami kirimkan cerita dari Melbourne bersama pilihan lagu-lagu kenangan Max dan Laura.

Enjoy the journey,

EDITOR

From Me

Finally, I am done! Honestly, ini pertama kalinya baca novel dari GagasMedia, sumpah! [hehehe :D] *lambaikan bendera putih. D-A-N pertama kalinya baca novel karya Mba’ Winna Efendi! *[lagi] lambaikan bendera putih. Because, I don’t have a lot of money [lagi krismon, eh] Maklum lah, bukan orang tajir, juga bukan koruptor yang seenak jidatnya makan uang rakyat dimana-mana [lagi ngomongin apa sih?] Juga pertama kalinya aku buat resensi novel! *[lagi dan lagi] lambaikan bendera putih. Ngomong-ngomong tentang resensi, jadi keinget masa-masa kelas IX [eaaa.. :D] dan kalau inget kelas IX, jadi inget sama UN - __- Ok, back to the topic! Memang agak telat sih aku tau tentang project novel dari GagasMedia dan Bukune tentang STPC [Setiap Tempat Punya Cerita] ini [hadeh - __-] Awalnya aku tau dari Twitter, banyak yang nge-tweet kalau mereka udah punya LENGKAP seri STPC sekaligus gambar-gambarnya, lah dari situ aku jadi penasaran dan tadaaa!!! akhirnya aku putuskan untuk ikut-ikut ngoleksi novel seri STPC :D [no plagiarism] Dan seri STPC yang pertama kali aku beli adalah… *drum roll, Melbourne!!!! Karya mba’ Winna Efendi tentunya :) Beberapa hal yang bikin aku pingin [pake banget] ngoleksi novel seri STPC adalah pertama, menurut aku judulnya menarik karena entah, mungkin karena pakai nama-nama kota yang ada didunia [alasan absurd] Yang kedua, masih menurut aku tentunya, setiap cover novel seri STPC itu easy catching gimana gitu, apalagi yang dari GagasMedia, simple but gorgeous!

#Penampakan beberapa novel seri STPC
          Sesuai dengan judul novelnya yaitu Melbourne, so pasti settingnya di Melbourne. Melbourne adalah ibu kota negara bagian Victoria di Australia. Melbourne merupakan kota terpenting kedua dari segi bisnis dan kedua terbesar di Australia serta kota terbesar di Victoria. Pada bulan Juni, 2011, Melbourne memiliki populasi 4.1 juta jiwa. Penduduk Melbourne biasanya disebut sebagai 'Melburnian'. Pengucapan Melbourne adalah /ˈmɛlbərn/. Motto Melbourne adalah "Vires acquirit eundo" yang berarti "Kita bertambah kuat sejalan dengan kemajuan kita. Melbourne terletak di dekat teluk besar alam, yaitu 'Port Philip Bay'. Pusatnya berada di muara sungai Yarra, dengan kawasan pinggiran di sekitar teluk ke arah timur dan barat. Ada 30 kotamadya di Melbourne, termasuk Melbourne City Council yang mengucap daerah kecil terdiri dari kota dalam dan distrik bisnis terpenting. How do I knew? Wikipedia always be there for me ;D [hehehe]
#Melbourne

          Seperti biasa, novel Mba’ Winna Efendi yang satu ini ber-genre romance, dengan main characternya Max dan Laura. Di novel Melbourne ini, Mba’ Winna membantu para readers buat lebih gampang, lebih cepat dapat feel-nya dengan cara menggunakan sudut pandang akuan [Pov yang pertama] dari Max maupun Laura. So, para good readers diajak untuk ngerasain gimana jadi Max dan jadi Laura juga gimana. And for you all who like listening music, I recommend you to read this novel! Why? Kalian akan tau kalau udah baca, hahaha :D [evil’s laugh] music + novel = perfect couple!

          “What about some coffe?” –hal. 26

Sedikit bocoran, Melbourne menceritakan tentang Max dan Laura yang dulunya pernah menjalin hubungan, tapi karena sebuah masalah sepele, mereka akhirnya putus! Dan beberapa tahun setelah itu, takdir mempertemukan mereka kembali. Bagi aku, bahasa yang digunakan Mba’ Winna Efendi sedikit agak susah dimengerti pada beberapa halaman [Cuma beberapa doang kok :D] tapi mungkin buat writers atau good readers yang sudah bergulat dengan KBBI itu tentunya tidak menjadi masalah [ketahuan deh kalau jarang buka KBBI :D] terus, juga banyak nyempil kalimat-kalimat dalam bahasa Inggris yang dapat menambah rasa luar negerinya :D, buat aku itu sangat membantu banget, jadi bisa nambah kosakata dengan catatan gak malas buka kamus :)

          Passion dari Max dan Laura berperan banget dalam jalannya cerita. Max yang suka banget dengan pencahayaan dan Laura dengan musik-musik bergenre yang menurut orang lain aneh, tapi nggak bagi dia.

“Sejak kecil, gue selalu terpesona pada cahaya” -hal. 4
“Sementara aku, aku percaya ada lagu yang tepat untuk setiap peristiwa maupun kenangan” -hal. 18-19

          Quotes yang tercantum dalam novel ini lumayan banyak, dan ada beberapa yang aku suka, diantaranya:

          “A light is never just a light.” –hal. 8
 “—setiap orang memiliki soundtrack kehidupannya sendiri.“ –hal. 19
“Bagiku cinta adalah sesuatu yang berjalan apa adanya, seiring waktu.” –hal. 51
“Cinta itu rumit, tetapi setiap orang tidak sabar untuk jatuh cinta ke dalam kerumitan itu, dan ikut tersangkut dalam jaringnya.” –hal. 52
“Sometimes the truth is harder to take than lies.” -hal. 53
“…orang-orang yang salah mungkin bisa buat lo senang, tapi orang-orang yang tepat akan membuat lo merasakan lebih dari itu semua.” –hal. 81
“Things always happen for a reason, that’s what everybody says.” –hal. 123
“Dengan menerima kenyataan, kita akan lebih mudah bergerak maju, mengecilkan ruang untuk rasa sesal.” –hal. 123
“Tangisan tidak hanya diperuntukkan bagi orang-orang lemah. Tangisan diciptakan untuk orang-orang kuat, untuk mengingatkan mereka bahwa kesalahan adalah sesuatu yang wajar dan tidak apa-apa jika sesekali kita merasakan takut, sesal, atau pun sedih.” –hal. 176
“Terkadang, emosi yang tak berlandas logika mampu mengacaukan segalanya.” –hal. 303

          Setelah aku baca ulang [yang ke dua kalinya], I found some awkward!

·         Di halaman depan Max mengatakan, “Detik ini, gue berdiri di tempat yang sama seperti seperti lima tahun lalu, mendengarkan lagu yang sama, dan menyesap kopi yang sama.” –hal. 14 Sedangkan dihalaman lainnya Max mengatakan, “… seperti malam-malam kami di Prudence, enam tahun yang lalu.” –hal. 40 Ini yang betul kapan sih? Lima tahun atau enam tahun yang lalu? Terus di halaman selanjutnya masih kata Max, “Gue ingin mengisi tanda tanya besar yang ada dalam rentang lima tahun kami nggak menjadi bagian dari hidup masing-masing.” –hal. 68 It makes me little confused.

·         “Namun,gue serius.Gue ingin memeluknya,melingkarkan…” –hal.212 ini bener-bener gak ada spasinya.

·         Human is human, nobody is perfect. Kebetulan, novel Melbourne yang aku beli halaman 49 tidak tertera nomor halamannya :D
          Seperti yang aku katakana tadi, I love the cover at the first sight! Visualisasi dari novel ini keren, gak hanya covernya tapi isinya juga menggoda :D
#Pembatas kece novel Melbourne

#Beberapa ilustrasi yang dibubuhkan
          Mungkin aku bukan pengamat yang handal, mungkin karena banyak kelebihan jadi kekurangan-kekurangan yang ada bisa tertutupi sampai akhirnya aku bingung mau kasih kritik tentang apa lagi [haha, payah!]

          Jadi, buat kalian para good readers yang penasaran, buruan baca novelnya ya! :D

0 comments:

Post a Comment

 

Keep Moving! Template by Ipietoon Cute Blog Design